Sejarah Singkat Baturaden
Labels:
Sejarah
Baturaden
merupakan salah satu lokawisata alam yang terletak di lembah gunung
Slamet bagian selatan, masuk kabupaten Banyumas. Bicara soal sejarah ada dua versi, yaitu versi Kadipaten Kutaliman dan versi Syekh Maulana Maghribi.
Versi Kadipaten Kutaliman
Menurut
versi ini, konon dahulu terdapat sebuah Kadipaten ‘KUTALIMAN’ yang
terletak 10 km disebelah Barat Baturraden. Adipatinya mempunyai beberapa
anak perempuan dan seorang ‘gamel’ (pembantu yang menjaga kuda). Salah
satu anak perempuannya jatuh cinta dengan gamel. Cinta mereka dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Mendengar kabar tersebut, sang Adipati marah
dan mengusir gamel dan anak perempuannya dari rumah.
Di
perjalanan sang putri melahirkan bayi di dekat sungai, kemudian mereka
menamakannya sungai ‘Kaliputra’. (Kali berarti Sungai dan Putra berarti
anak laki-laki). Letaknya kira-kira tiga kilometer sebelah utara
Kutaliman. Akhirnya mereka menemukan tempat yang indah dan memutuskan
untuk tinggal di tempat yang sekarang dikenal dengan nama ‘Baturraden’.
Berdasarkan versi pertama tersebut, nama Baturaden seharusnya ditulis
dengan dua ‘R’ karena versi tersebut berasal dari kata ‘Batur’ dan
‘Raden’ menjadi ‘BATURRADEN’.
Versi Syekh Maulana Maghribi
Konon
di Negara Rum, bertahta seorang Pangeran bernama Syekh Maulana Maghribi
berasal dari Turki yang memeluk agama Islam dan dia adalah seorang
ulama. Pada waktu fajar menyingsing, setelah beliau melakukan
kewajibannya selaku orang muslim, terlihatlah oleh beliau cahaya terang
misterius bersinar disebelah timur menjulang tinggi di angkasa.
Terdorong
oleh perasaan ingin mengetahui tempat darimana cahaya terang misterius
itu datang dan makna dari cahaya terang tersebut, maka timbullah niat
dan itikad yang kuat di dalam sanubarinya dan mencari tempat yang
dimaksud. Seorang sahabatnya bernama Haji Datuk dipanggil dan
diperintahkan supaya para hulubalang dan balatentaranya menyiapkan
armada dengan segala perlengkapannya untuk berlayar menuju kearah
datangnya cahaya misterius tersebut.
Maka,berangkatlah
si Pangeran bersama-sama dengan sahabatnya itu 298 (dengan dua ratus
sembilan puluh delapan) orang pengikutnya mengarungi samudera menuju
kearah terlihatnya cahaya itu memancar selama 40 malam.
Kemudian
sampailah mereka di ujung timur sebuah pulau yang bernama dengan Pulau
Jawa. Adapun tempat dimana mereka membuang sauh dewasa ini terkenal
dengan nama Pantai Gresik.
Meskipun
mereka telah lama menempuh perjalanan penuh dengan berbagai kesulitan
dan penderitaan serta menghadapi bermacam-macam marabahaya, mereka belum
mencapai apa yang menjadi cita-cita atau tujuannya karena cahaya terang
misterius tersebut tampak disebelah barat. Pada suatu waktu terlihat
kembali cahaya terang yang sedang dicarinya itu disebelah barat dan
mereka mengambil keputusan kembali karah barat dengan menempuh jalan di
laut Jawa di pantai Pemalang Jawa Tangah, dimana mereka berlabuh sambil
sekedar melepas lelah. Ditempat ini Syekh Maulana Maghribi meminta para
armadanya untuk pulang ke negerinya, sedangkan Syekh Maulana Maghribi
ditemani oleh Haji Datuk dan untuk sementara bermukim ditempat itu.
Karena
mereka mempunyai kepercayan pada Yang Maha Pencipta, mereka dijiwai
oleh kekuatan Gaib yang tiada kunjung padam dan berketetapan hati akan
melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki menuju kearah Selatan sambil
menyebarkan agama Islam. Dari Pemalang mereka menuju ke selatan
menyusuri hutan belantara tanpa mengenal bahaya yang dihadapinya karena
tertarik sinar cahaya misterius yang sekarang terlihat di Timur Laut.
Berhubung jalur yang ditempuhnya itu meletihkan, maka mereka berhenti
sejenak untuk melepaskan lelahnya sambil termenung merasakan kisah
perjalanannya serta kewajibannya yang dibebankan diatas pundaknya untuk
menyebarluaskan agama Islam. Tempat dimana mereka beristirahat dengan
diliputi pikiran-pikiran (gagasan-gagasan) dan perasaan-perasaan yang
memenuhi hati sanubarinya diberi nama ‘Paduraksa’ yang artinya
bertengkar didalam kalbu atau rasa.
Dari
tempat itu mereka meneruskan perjalanannya ke selatan lagi dan
sampailah mereka di hutan belukar dan untuk melepaskan lelahnya mereka
singgah diatas tonggak randu yang tumbang dan tempat tersebut mereka
beri nama ‘Randudongkal’. Dari tempat peristirahatannya itu, cahaya
terang masih kelihatan ada di timur laut, dan mereka meneruskan
perjalanannya menuju arah cahaya tadi. Dan sebelum mereka sampai
ketempat yang menjadi tujuannya mereka berhenti untuk beristirahat di
dekat Sendang (kolam) untuk melakukan ibadah Sholat, dan sesudahnya
tempat tersebut diberi nama ‘Belik’. Setelah melakukan Sholat, maka
perjalanan diteruskan kearah timur dan sampailah disuatu tempat, dimana
terdapat banyak batu-batuan dan di tempat tersebut mereka beristirahat
lagi sambil memikirkan bagaimana cara mereka dapat menjangkau tempat
kedudukan cahaya yang dicarinya, karena cahaya terang tersebut terlihat
ada dipuncak Gunung. Tempat dimana mereka beristirahat dan terdapat
banyak batu-batuan itu diberi nama ‘Watu Kumpul’.
Karena
tekadnya yang kuat, pendakian itu dilakukan hingga akhirnya sampailah
mereka di tempat yang dituju. Terlihat oleh mereka seorang pertapa yang
menyandarkan dirinya pada sebatang pohon jambu yang mengeluarkan sinar
yang bercahaya menjulang tinggi ke angkasa. Perlahan-lahan Syekh Maulana
Maghribi dan Haji Datuk menuju mendekati tempat tersebut sambil
mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’, tetapi tidak dijawabnya oleh si
petapa meskipun berulangkali diucapkan. Setelah ternyata salamnya tidak
mendapat jawaban, maka Haji Datuk berkata pada Syekh Maulana Maghribi :
‘Kiranya pertapa itu adalah seorang Budha’. Mendengar perkataan
tersebut, si petapa itu lalu menjawab : ‘Sesungguhnya saya ini adalah
orang Budha yang Sakti’. Mendengar kata-kata sakti maka Syekh Maulana
Maghribi meminta kepada pemeluk agama Budha tadi, bahwa beliau ingin
melihat atau menyaksikan kesaktiannya,maka diambillah tutup kepalanya
yang berupa kopiah itu dapat terbang di angkasa.
Syekh
Maulana Maghribi tergolong orang yang mempunyai kesaktian dan didorong
oleh rasa ingin mengimbangi kemukjizatan si pertapa itu, lalu melepaskan
bajunya dan dilemparkan keatas, ternyata baju tersebut dapat terbang di
udara dan selalu menutupi kopiah si pertapa yang menandakan bahwa
kesaktiannya lebih unggul dari kesaktian orang Budha itu,tetapi ia belum
mau menyerah dan masih akan mempertontonkan lagi kepandaiannya yang
berujud menyusun telur setinggi langit. Melihat keadaan tersebut diatas
Syekh Maulana Maghribi merasa heran, namun demikian ia tidak mau
dikalahkan begitu saja, maka dengan tenangnya diperintahkan kepada si
pertapa agar ia mau mengambil telur itu satu persatu dari bawah tanpa
ada yang jatuh. Ternyata pertapa itu tidak sanggup melakukannya. Karena
si pertapa sudah benar-benar tidak melakukannya hal tersebut, maka Syekh
Maulana Maghribi mengambil tumpukan telur tadi dimulai dari bawah
sampai selesai dengan tidak ada satupun yang jatuh.
Syekh
Maulana Maghribi masih merasa belum puas dan masih meneruskan
perjuangannya sekali lagi dengan memperlihatkan pemupukan periuk-periuk
berisi air sampai menjulng tinggi. Lalu, Syekh Maulana Maghribi berkata :
‘Ambillah periuk-periuk itu satu demi satu dari bawah tanpa ada yang
berjatuhan’. Setelah ternyata tidak ada kesanggupan daari si pertapa,
maka beliau sendirilah yang melakukannya dan periuk yang terakhir itu
pecah dan airnya memancar kesegala penjuru.

Setelah
pertapa disucikan menjadi pemeluk agama Islam, maka namanya diubah
menjadi ‘Syekh Jambu Karang’. KemudianSyekh Jambu Karang akan
mendapatkan wejangan (bai’at), beliau menunjukkan suatu tempat yang
serasi dan cocok untuk upacara bai’at tersebut yaitu diatas bukit
‘Kraton’. Sesaat setelah Syekh Jambu Karang menerima wejangan, turun
hujan lebat disertai dengan angin ribut yang mengakibatkan pohon-pohon
disekeliling tempat itu menundukkan dahan-dahannya seperti sedang
menghormati Gunung Kraton yaitu tempat dimana Syekh Maulana Maghribi
sedang memberikan wejangan (membai’at) Syekh Jambu Karang menjadi
seorang Muslim. Menurut hikayatnya, Syekh Jambu Karang mempunyai seorang
putri bernama ‘Rubiah Bhakti’ yang dipersunting oleh Syekh Maulana
Maghribi, setelah Syekh Jambu Karang menjadi seorang Muslim dengan mas
kawin berupa mas merah setanah Jawa. Setelah memperistrikan putri Syekh
Jambu Karang, Syekh Maulana Maghribi berganti nama menjadi ‘Atas Angin’.
Dari perkawinannya tersebut menurunkan lima orang putera dan puteri,
yaitu :
1. Makdum Kusen (Makam di Rajawana)
2. Makdum Medem (Makam di Cirebon)
3. Makdum Umar (Makam diKarimun Jawa)
4. Makdum (yang menghilang atau murca)
5. Makdum Sekar (Makam di Gunung Jembangan)
Adapun
Syekh Jambu Karang tetap bermukim di Gunung Kraton, dan setelah wafat
dimakamkan ditempat itu pula dan tempat pemakamannya disebut ‘Gunung
Munggul’ (puncak yang tertinggi didaerah itu).
Syekh
Maulana Maghribi yang terkenal dengan ‘Mbah Atas Angin’ selama empat
puluh lima tahun bermukim disuatu tempat atau pedukuhan yang bernama
‘Banjar Cahayana’ (mungkin tempat tersebut didiami setelah menemukan
cahayanya). Di tempat tersebut Mbah Atas Angin menderita penyakit
gatal-gatal yang susah disembuhkan. Hal ini menimbulkan keprihatinan
disertai dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberi
rahmat serta berkah terhindar dari penyakitnya itu.
Sesudah
sholat Tahajud.dia mendapat Ilham bahwa dia harus pergi ke Gunung
‘Gora’ dimana ia akan mendapatkan obat mujarab untuk menyembuhkan
penyakitnya itu. Kemudian pagi-pagi waktu Shubuh Mbah Atas Angin bersama
Haji Datuk pergi kearah barat dan pada siang hari sampailah mereka
dilereng Gunung Gora. Sesudah sampai di lereng Gunung Gora beliau
meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya dan beristirahat sambil
menunggu di tempat yang datar, sebab Mbah Atas Angin akan meneruskan
perjalanannya kearah suatu tempat yang mengepulkan asap.
Selanjutnya
Dia mengganti nama Gunung Gora itu menjadi ‘Gunung Slamet’. Slamet
dalam bahasa Jawa berarti aman. Selama Syekh Maulana Maghribi berobat di
Pancuran Pitu, Haji Datuk tetap dan taat menunggu ditempat yang
ditunjuk semula dan kepadanya diberi julukan ‘Haji Datuk Rusuladi’.
Rusuladi artinya ‘Batur Yang Baik’ (Adi). Dan konon kabarnya tempat
tersebut oleh penduduk sekitarnya hingga kini disebut dengan
‘BATURRADEN’.
Casino Hotel And Casino New York - Mapyro
BalasHapusExperience the best 평택 출장안마 of 전주 출장마사지 the best Atlantic City casinos in 속초 출장마사지 New 속초 출장샵 York. Mapyro offers users the latest information to help you plan your 오산 출장마사지 trip.